Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru termasuk dalam 4 (empat) wilayah Kabupaten, yaitu Kab.
Proholinggo, Kab. Pasuruan, Kab. Malang dan Kab. Lumajang. Kawasan ini banyak dikenal oleh
wisatawan asing maupun domestik, terutama kawasan Bromo.
wisatawan asing maupun domestik, terutama kawasan Bromo.
Untuk menuju G. Bromo dari arah Pasuruan: Dari Surabaya kita naik bus jurusan Probolinggo dan
turun di Pasuruan. Selanjutnya naik Colt jurusan Tosari – Wonokitri. Di sini kita dapat bermalam di
hotel atau losmen atau dapat juga langsung meneruskan perjalanan menuju G. Penanjakan, atau masuk
ke lautan Pasir dan menuju puncak G. Bromo.
turun di Pasuruan. Selanjutnya naik Colt jurusan Tosari – Wonokitri. Di sini kita dapat bermalam di
hotel atau losmen atau dapat juga langsung meneruskan perjalanan menuju G. Penanjakan, atau masuk
ke lautan Pasir dan menuju puncak G. Bromo.
G. Penanjakan merupakan titik pandang terbaik ke arah kawasan G. Bromo, dimana Kawah Bromo
nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotis, dengan kepulan asap dan warna-warni punggungan
bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnva dan hamparan padang pasir mengelilinginva. Disini
pemandangan matahari terbitpun nampak lebih indah dengan puncak G. Semeru sebagai latarnya.
nampak sebagai suatu panorama yang amat eksotis, dengan kepulan asap dan warna-warni punggungan
bukit bekas lelehan lava belerang disekitarnva dan hamparan padang pasir mengelilinginva. Disini
pemandangan matahari terbitpun nampak lebih indah dengan puncak G. Semeru sebagai latarnya.
Bila dari arah Probolinggo, kita naik Colt atau bis jurusan Sukapura terus Ngadisari. Dari Ngadisarinaik kendaraan/berjalan kaki menuju Cemoro Lawang sejauh 3 Km. Di Cemoro Lawang kita dapatbermalam di hotel maupun losmen atau di rumah-rumah penduduk. Besok pagi-pagi sekali kita dapatmelanjutkan perjalanan ke kawah G. Bromo yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki maupun naikkuda sewa, untuk menyaksikan panorama matahari terbit.
Masyarakat sekitar G. Bromo yaitu masyarakat Tengger mempunyai upacara tradisi tahunan yaitu
upacara melempar sesaji pada tengah malam (tepat pkl. 24.00 WIB), yang disebut dengan upacara
“Kasodo”. Upacana adat Tengger ini, biasanya sangat meriah dan sering dihadiri oleh pejabat-pejahat
tinggi serta masyarakat Indonesia lainnya juga para turis asing yang jumlahnya mencapai puluhan ribu
pengunjung.
upacara melempar sesaji pada tengah malam (tepat pkl. 24.00 WIB), yang disebut dengan upacara
“Kasodo”. Upacana adat Tengger ini, biasanya sangat meriah dan sering dihadiri oleh pejabat-pejahat
tinggi serta masyarakat Indonesia lainnya juga para turis asing yang jumlahnya mencapai puluhan ribu
pengunjung.
Suhu di kawasan Bromo ini antara 5 – 14 C. Dan padang pasir Bromo kita dapat naik ke G. Batok, G.
Kursi, maupun G. Pananjakan. Di kawasan G. Bromo ini banyak dijumpai panorama yang sangat
menakjubkan.
Kursi, maupun G. Pananjakan. Di kawasan G. Bromo ini banyak dijumpai panorama yang sangat
menakjubkan.
Untuk menuju Gunung yang tertinggi di Pulau Jawa yaitu G. Semeru ( 3.676 m)~ paling mudah dicapai
adalah dari arah Malang dengan naik Colt jurusan Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200
m) dengan melewati desa Gubug Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan Truk atau Jeep
ongkosnya Rp. 6.000 sampai Rp. 10.000,- per onang (tahun 1999).
adalah dari arah Malang dengan naik Colt jurusan Tumpang, kemudian menuju desa Ranupane (2.200
m) dengan melewati desa Gubug Klakah (1.100 m) dan Ngadas (2.000 m) dengan Truk atau Jeep
ongkosnya Rp. 6.000 sampai Rp. 10.000,- per onang (tahun 1999).
Desa Ranupane (2.100 m) adalah desa terakhir dan tempat pemeriksaan serta pos untuk melapor bagi
para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Ranu
Pane mempunyai penduduk sekitar 60 orang yang merupakan perkampungan kecil, pekerjaan mereka
pada umumnya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu (danau) Pane, disebelahnya tendapat ranu
lagi yang namanya Ranu Regulo.
para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Ranu
Pane mempunyai penduduk sekitar 60 orang yang merupakan perkampungan kecil, pekerjaan mereka
pada umumnya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu (danau) Pane, disebelahnya tendapat ranu
lagi yang namanya Ranu Regulo.
Perjalanan ke Puncak G. Semeru dimulai dan desa Ranupane menuju Ranu Kumbolo pagi harinya
pukul 7.00 melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km., tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan
3-4 jam perjalanan. Di Ranu Kumbolo ada Pondok Pendaki untuk istinahat dan memasak. Daerah ini
airnya inelimpah dan berada pada ketinggian 2.400 m dari permukaan laut. Ranu Kumbolo memiliki
pemandangan yang sangat indah terlebih pada pagi hari bila kita dapat melihat matahani terbit dari
celah-celah bukit.
pukul 7.00 melalui jalan setapak, jaraknya 13 Km., tidak terlalu terjal dengan memakan waktu sekitan
3-4 jam perjalanan. Di Ranu Kumbolo ada Pondok Pendaki untuk istinahat dan memasak. Daerah ini
airnya inelimpah dan berada pada ketinggian 2.400 m dari permukaan laut. Ranu Kumbolo memiliki
pemandangan yang sangat indah terlebih pada pagi hari bila kita dapat melihat matahani terbit dari
celah-celah bukit.
Dari Ranu Kumbolo perjalanan dilanjutkan menuju Kalimati (2.700 m) melalui hutan cemara dimana
kadang kita jumpai burung dan kijang. Penjalanan ini ditempuh 2 – 3 jam / 10 Km. Disini kita dapat
mendirikan tenda, dan apabila kita membutuhkan air dapat menuju Sumbermani, kearah barat
menelusuni pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam pulang pergi. Tetapi
dianjurkan kehutuhan air telah dipersiapkan di Ranu Kumbolo.
kadang kita jumpai burung dan kijang. Penjalanan ini ditempuh 2 – 3 jam / 10 Km. Disini kita dapat
mendirikan tenda, dan apabila kita membutuhkan air dapat menuju Sumbermani, kearah barat
menelusuni pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh perjalanan 1 jam pulang pergi. Tetapi
dianjurkan kehutuhan air telah dipersiapkan di Ranu Kumbolo.
Sebenarnya kita dapat juga berkemah di Ancopodo 1 jam perjalanan dari Kalimati ke arah puncak G.
Semeiru. tetapi kondisi tanahnya kurang stabil dan sering tenjadi tanah longsor di kawasan tersebut.
Dari Kalimati biasanya para pendaki memulai pendakian menuju puncak pagi-pagi sekali, yaitu sekitarpukul 2 – 3 pagi dengan melalui hutan cemara 1 jam dan bukit pasir selama 2 – 3 jam untuk sampai dipuncaknya, dengan keadaan jalan yang terjal menanjak.
Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawahyang disebut “Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuanvulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi. Suhu di puncak Mahameru dingin sekaliyaitu 0-4 C yang kadang-kadang berkabut tebal disertai badai angin. Pada saat badai dianjurkan untukmenunda pendakian ke puncak.
Panorama dari Puncak Mahameru tak akan pernah terlupakan indahnya, dimana terlihat puncak-puncak
gunung di Jawa Timur, pesisir dan pantai, serta matahani terbit di ufuk timur.
Mendaki G. Semeru sebaiknva dimusim kemarau yaitu pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus danSeptember. Pendaki juga dianjurkan untuk tidak mendaki pada musim hujan di bulan Januani danFebruari, dimana sering terjadi badai dan tanah longsor.
Dari puncak turun kembali ke kemah (Kalimati) dibutuhkan waktu 1 jam, dan 3 jam untuk sampai di
Ranu Kumbolo dan diperlukan 3 jam lagi untuk mencapai Ranu Pane. Bila sampai di Ranu Pane
menjelang sore, kalau ada mobil kita bisa terus turun ke Gubug Klakah atau ke Tumpang, atau kita bisa
bermalam di Ranu Pane dan besok paginya kita dapat turun kembali ke Tumpang.
Ranu Kumbolo dan diperlukan 3 jam lagi untuk mencapai Ranu Pane. Bila sampai di Ranu Pane
menjelang sore, kalau ada mobil kita bisa terus turun ke Gubug Klakah atau ke Tumpang, atau kita bisa
bermalam di Ranu Pane dan besok paginya kita dapat turun kembali ke Tumpang.
Turun dari Ranupane ke arah Tumpang kita dapat juga menuju ke kawasan G. Bromo, melalui
pertigaan Jempiang (2 Km sebelum desa Ngadas) ke arah kanan